Kamis, 17 Maret 2011

ECOLA, strategi apa itu


Metode ECOLA (Extending COncept throught Language Activities) adalah metode yang dikembangkan oleh Smith-Burke (1982) untuk mengembangkan keterampilan membaca. Metode ini dirancang untuk mengintegrasikan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan sekaligus. Metode ini tidak hanya digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca, tetapi juga menulis, mendengarkan dan berbicara. Hal ini membuat metode ECOLA sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Tahapan yang membangun pelaksanaan ECOLA ada 5. Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan tujuan yang komunikatif untuk membaca. Sebelum membaca, pembaca diarahkan untuk menentukan tujuan dia membaca. Tujuan tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan penulis. Misalnya saja jika siswa akan membaca resensi, maka ia harus diarahkan dulu apa tujuannya membaca resensi. Salah satu tujuan yang bisa ditanamkan adalah agar siswa mampu membuat resensi sebuah buku yang dibacanya sehingga ia dapat mempersuasi orang lain untuk ikut membaca buku tersebut.
Tahap kedua yang harus dilakukan adalah membaca dalam hati. Siswa harus membaca resensi tersebut dalam hati. Dengan demikian, ia akan memiliki pandangan sendiri terhadap apa yang sedang dibacanya. Siswa akan membentuk pemahaman konsep-konsep dalam pikirannya tentang apa yang terkandung dalam resensi itu. Selanjutnya, pada tahap ketiga, siswa harus mewujudkan pemahaman tersebut melalui aktifitas menulis. Ia harus menulis apa saja yang ada dalam pemahamannya mengenai teks yang sedang dibaca. Dalam contoh membaca resensi di atas, siswa bisa menulis apa saja kelebihan dan kekurangan buku yang sedang dibaca, bagaimana gaya bahasa dalam resensi yang ia baca, atau mungkin saja menulis hal-hal yang dirasanya bertentangan dengan pandangan peresensi. Bahkan, siswa juga bisa menulis kesulitan-kesulitan apa yang dialaminya saat membaca resensi tersebut.
Pada tahap selanjutnya, dilakukan diskusi dan klarifikasi pemaknaan. Diskusi ini dilakukan untuk mengklarifikasi interpretasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hasil tulisan siswa yang satu dan yang lainnya dibandingkan, semua siswa membacakan hasil tulisannya sehingga akan terdapat banyak sekali versi interpretasi atau pandangan terhadap satu resensi yang sama.
Tahap terakhir adalah menulis dan memunculkan kesimpulan. Dari berbagai macam interpretasi, siswa diajak untuk menarik satu kesimpulan tentang resensi yang sedang dibaca. Selanjutnya, kesimpulan yang diperoleh ini akan menjadi kesimpulan akhir dan merupakan perpaduan dari berbagai macam interpretasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meskipun metode ECOLA difokuskan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, tetapi metode ini juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbicara dan mendengarkan.(ditulis oleh Ariva L)
Tags: edukasi

strategi membaca cepat

Menggunakan Strategi Membaca

Submitted by team e-penulis on Kam, 24/09/2009 - 9:42am 
Rencana Tindakan
Ketika Anda membaca, Anda ingin memahami apa yang Anda baca. Anda ingin menikmati apa yang Anda baca. Anda juga ingin dapat mengingat dan menggunakan informasi tersebut. Jadi, bagaimana Anda bisa menjadi pembaca yang lebih baik? Berikut cara-cara yang bisa Anda lakukan.
  1. Bacalah sesering mungkin.
  2. Bacalah apa saja (cerita, buku, koran, bahkan layar komputer).
  3. Ubahlah kecepatan Anda ketika membaca.
  4. Gunakan strategi-strategi membaca.
Apakah Strategi-Strategi Membaca Itu?
Strategi adalah rencana atau cara melakukan sesuatu. Ada banyak strategi yang bisa pembaca gunakan, dan pembaca yang baik akan sering menggunakannya. Mereka menggunakan strategi itu sebelum, selama, dan setelah membaca. Berikut beberapa strategi untuk membantu Anda membaca bahan-bahan buku diktat Anda.
A. Sebelum Membaca
Sebelum Anda mulai membaca, cobalah untuk mendapatkan "gambaran besar" atau keseluruhan poin dari bahan tersebut. Berikut beberapa strategi untuk membantu Anda melihat apa yang Anda baca.
  1. Pikirkan judulnya dan kemudian tanyakan beberapa pertanyaan ini pada diri Anda sendiri:
    • Apa yang saya ketahui dari topik ini?
    • Apa yang ingin saya ketahui?
    • Apa kira-kira isi artikel/bacaan yang akan Anda baca?
  2. Berikutnya, lihatlah halaman-halamannya dengan melihat judul utamanya, kata-kata yang dicetak tebal, kata-kata yang dicetak miring, dan keterangan-keterangan gambar.
  3. Carilah ringkasannya pada bagian akhir bab dan bacalah dengan cermat.
  4. Lihatlah juga bagan, grafik, gambar, dan diagram, dan pikirkan apa yang "dikatakan" setiap bagan, grafik, gambar, dan diagram itu tentang topik yang dibahas.
B. Selama Membaca
Ketika Anda membaca, cobalah untuk menjadi peka, menjadi pemikir yang aktif!
  1. Carilah jawaban dari setiap pertanyaan Anda.
  2. Berhentilah segera dan tanyakan pada diri Anda sendiri, "Apa yang baru saja saya baca?" Kemudian jawablah pertanyaan Anda sendiri.
  3. Buatlah daftar kata kunci, frasa, atau kalimat-kalimat kesimpulan.
Catatan: Cobalah mencari tujuan penulis atau pola penyusunannya. (Bacalah "Pola Tujuan" berikut ini)
Pola Tujuan:
Mencari tujuan penulis ketika Anda sedang membaca juga merupakan strategi membaca yang sangat membantu. Berikut empat "Pola Tujuan" umum yang bisa Anda cari ketika Anda membaca.
  • Pola Berbagi Pengalaman

    Penulis sering membagikan pengalaman pribadi mereka kepada pembacanya. Perhatikan kata "Saya" atau "Kita". Anda biasanya bisa membaca hal ini segera. Ketika Anda sedang membaca, tanyakan pada diri Anda sendiri, "Mengapa penulis menulis tulisan ini?"
  • Pola Tanya/Jawab

    Carilah pertanyaan ketika Anda membaca, khususnya pada awal bab atau paragraf. Ingatlah, tujuan penulis adalah memberi Anda jawaban atas setiap pertanyaan. Jangan berhenti mencari sampai Anda menemukan jawabannya.
  • Pola Pendapat/Alasan

    Perhatikan "Saya percaya ...." atau "Menurut pendapat saya ...." Alasan seharusnya mengikuti opini. Temukan itu.
  • Pola Fakta/Bukti

    Perhatikan pernyataan-pernyataan faktual yang disertai bukti. Bukti bisa berupa daftar fakta, sejumlah contoh, atau suatu diagram. Bacalah perlahan-lahan. (Bila Anda tidak memahami kalimat faktual tersebut, perhatikan kata-kata yang tidak Anda mengerti itu atau mintalah bantuan seseorang.)
C. Setelah Membaca
Setelah Anda selesai membaca -- tetapi sebelum Anda menutup buku atau meletakkan bahan tersebut -- lihatlah kembali halaman- halamannya. Berikut ini beberapa tips untuk meninjau ulang.
  1. Tanyakan pada diri Anda sendiri beberapa pertanyaan:
    • Apa yang saya ketahui sekarang yang tidak saya ketahui sebelum saya membaca buku ini?
    • Bila saya harus mengatakan kepada seseorang tentang apa yang saya baca, apa yang akan saya katakan?
  2. Ceritakan apa yang baru saja Anda baca kepada orang lain yang mau mendengarkan.
  3. Tulislah ringkasan dari apa yang Anda baca.
STRATEGI MEMBACA YANG BISA ANDA GUNAKAN

A. 3M (Meneliti, Membaca, Mencatat)
3M adalah strategi membaca yang bisa digunakan ketika membaca nonfiksi. Caranya mudah, bagilah kertas tulis Anda menjadi dua kolom dan mulailah meneliti, membaca, dan mencatat.
  1. Meneliti Bacalah judul, judul utama, subjudul, kata-kata yang dicetak tebal dan miring, keterangan gambar, dan ringkasannya.
  2. Membaca Sebelum Anda membaca setiap bagian, tulislah judul utama dan subjudul di kolom sebelah kiri kertas Anda.
  3. Mencatat Ketika Anda selesai membaca satu bagian, tulislah kata kunci, frasa, atau ide-ide di kolom sebelah kanan di samping setiap judul.
Contoh:
GEOGRAFI: Daerah Dengan Berbagai Iklim
Kolom Kiri    Kolom Kanan
  ----------    -----------

  Pendahuluan   Iklim memiliki dua bagian utama: suhu dan air.

  Suhu          Seberapa dingin atau hangat suatu tempat.

                Di AS, Alaska Utara adalah tempat paling dingin karena
                berada di dekat Kutub Utara. Hawai adalah salah satu
                tempat paling hangat karena berada di dekat ekuator.

                Tempat-tempat yang tinggi seperti pegunungan lebih
                sejuk daripada daerah di sekitar pantai.

  Air           Hujan dan salju.

                Tanaman membutuhkan air dan cuaca hangat untuk tumbuh.
                Bila suatu tempat memiliki musim dingin dan musim
                panas, tanaman akan tumbuh selama musim panas; ini
                dikenal sebagai musim semi.
B. Pemetaan
Pemetaan juga adalah strategi membaca yang bagus, terutama jika Anda membaca buku pelajaran. Yang harus Anda lakukan hanyalah menulis subjek di tengah halaman kertas dan gambar sebuah peta tentang apa yang sedang Anda baca. Pemetaan membantu Anda melakukan beberapa hal penting:
  1. Mendapatkan topik utama sebelum Anda mulai membaca.
  2. Fokus pada subjek dan tetap konsentrasi selama membaca.
  3. Meninjau ulang, merangkum, dan menggunakan informasi yang didapat setelah membaca.
C. TIB (Tahu, Ingin, Belajar)
TIB merupakan strategi yang tepat untuk digunakan sendiri atau dengan berpasangan. Caranya, bagilah kertas Anda menjadi tiga kolom dan tulislah K, W, L di bagian atas masing-masing kolom.
Contoh:
TEMBOK-TEMBOK TERKENAL DI SELURUH DUNIA

K                       W                       L
    Apa yang saya       Apa yang INGIN saya         Apa yang saya
       KETAHUI                PELAJARI                 PELAJARI

  1. Ada banyak:       1. Berapa panjang Tembok   1. Tembok Raksasa
     Tembok Raksasa       Raksasa di Cina?           di Cina dibangun
     di Cina, Vietnam                                lebih dari 2.000
     Memorial, dll..   2. Kapan dibangun?            tahun yang lalu.

  2. Setiap tembok     3. Siapa yang membangun?   2. Bagian timur dan
     dibangun karena      Mengapa?                   barat dibuat dari
     alasan yang                                     bahan yang
     berbeda.          4. Berapa banyak tembok       berbeda.
                          di sana?
                                                  3. Ada banyak
                                                     tembok! "Walling
                                                     Wall", Tembok
                                                     Berlin
Bagaimana menggunakan bagan KWL?
  1. Tulislah apa yang Anda TAHU di kolom "K". Ini akan membuat Anda mulai berpikir tentang topik yang dibahas. Pertanyaan akan mulai bermunculan di kepala Anda. Ini akan mendorong Anda ke kolom kedua, "Apa yang ingin saya pelajari?"
  2. Isilah kolom "W" dengan apa yang Anda INGIN pelajari. Ini akan memberi Anda berbagai hal yang harus dicari ketika Anda membaca.
  3. Ketika Anda selesai membaca, isilah kolom "L" dengan "Apa yang Anda pelajari?" Kemudian periksalah untuk tahu pertanyaan mana dari kolor "W" yang sudah berhasil dijawab. Pertanyaan mana yang belum dijawab? Apakah fakta-fakta yang Anda pikir Anda tahu itu salah atau hanya benar sebagian?
Anda bisa membuat bagan yang terpisah untuk menunjukkan apa yang Anda pelajari. Anda bahkan bisa menulis laporan, puisi, berita, dll..

MENULIS UNTUK BELAJAR
Berikut ini beberapa strategi umum menulis untuk belajar yang bisa Anda gunakan sebelum, selama, dan setelah Anda membaca. Cobalah beberapa strategi ini sampai Anda menemukan strategi yang paling tepat untuk Anda.
1. Pikiran Pertama
Tulislah kesan pertama Anda saat membaca bahan tersebut -- sebelum Anda membaca atau segera setelah Anda mulai membaca. Ini akan membantu Anda memfokuskan pikiran Anda.
2. Berhenti dan Tulislah
Kapan pun Anda merasa perlu, berhenti dan tulislah pikiran dan perasaan Anda tentang ide-ide menarik (atau yang membingungkan) dari apa yang Anda baca. Tulislah secara singkat dan bebas selama 2 -- 3 menit.
3. Pengelompokkan
Di tengah-tengah halaman, tulislah satu kata yang menghubungkan satu topik penting dalam membaca. Lingkari kata tersebut. Kemudian pikirkan kata-kata atau ide-ide lain yang berhubungan dan tulislah di sekitar kata kunci Anda.
4. Dialog
Mintalah 2 orang mendiskusikan suatu ide dari yang Anda baca (Anda bisa menjadi salah satu pembicaranya). Kemudian tulislah ringkasan pendek dari diskusi ini. Ini akan membuat apa yang Anda baca menjadi hidup.
5. Berikan Pertanyaan
Teruslah bertanya kepada diri Anda sendiri "mengapa ... mengapa ... mengapa ..." dalam tulisan Anda. Teruslah bertanya hingga Anda mencapai jalan buntu atau titik henti yang alami.
6. Menceritakan Ulang
Berpura-puralah teman-teman Anda tidak membaca apa yang Anda baca, tetapi mereka ingin tahu informasinya. Pikirkan apa yang akan Anda katakan kepada mereka dan tulislah itu. Kemudian praktikkan dengan menceritakan kembali informasi tersebut.
Beberapa orang akan berkata kepada Anda bahwa menulis adalah cara yang paling tepat yang bisa Anda gunakan untuk memahami dan mengingat apa yang Anda baca. Cobalah ini dan lihatlah apa yang terjadi pada diri Anda. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku : Writers Express: A Handbook for Young Writers, Thinkers, And Learners
Judul asli artikel : Using Reading Strategies?
Penulis : Dave Kemper, Ruth Nathan, Patrick Sebranek
Penerbit : Write Source, Massachusetts 1995
Halaman : 237 -- 243

contoh proposal

Proposal Penelitian di SD Kanisius Mangunan

A. Judul Penelitian
“ Studi Deskriptif Pengajaran Bahasa Inggris dalam Penerapan Kurikulum SD Mangunan”

B. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan baik dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun mewujudkan cita-cita nasional.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi di era globalisasi yang menjadikan masyarakat dalam komunitas global, dituntut penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris untuk dapat bisa eksis dan berinteraksi dengan masyarakat dunia. Maka, sudah menjadi suatu tuntutan bagi Sekolah Dasar sekalipun untuk mengadakan mata pelajaran bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Namun, tentu proses penyampaiannya berbeda dengan yang diajarkan di sekolah lanjutan. Pada Sekolah Dasar, Bahasa Inggris diajarkan dengan tujuan utama menarik minat siswa-siswinya untuk mempelajari bahasa Inggris dan menjadi bekal pengetahuan untuk mempelajari siswa-siswi di sekolah lanjutan. Sehingga, praktis pelaksanaan pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar dilakukan dengan kreatif, inovatif dan menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan atas sistem pengajaran dan kurikulum yang di usung oleh Romo Mangun (YB. Mangunwijaya) yang mengutamakan daya eksplorasi dan kreativitas anak, penulis ingin mengetahui bagaimana proses pengajaran bahasa Inggris dalam penerapan kurikulum yang khususnya terdapat di SD Mangunan.
Dari uraian di atas, untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengajaran bahasa Inggris dalam penerapan kurikulum di SD K Mangunan, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang diberi judul “ Studi Deskriptif Pengajaran Bahasa Inggris dalam Penerapan Kurikulum SD Mangunan”.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar permasalahan tetap berada pada lingkup yang sesuai serta selalu terarah, diperlukan beberapa pertanyaan yang membatasi masalah ini, sehingga dapat dicapai tujuan dan solusi yang tepat pada pokokpermasalahan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengajaran Bahasa Inggris di SD Mangunan?
2. Bagaimana proses pengajaran Bahasa Inggris dalam penerapan kurikulum SD Mangunan?
3. Apa kendala dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SD Mangunan?
4. Bagaimana solusi dan tindakan untuk mengatasi kendala tersebut?

D. Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pengajaran Bahasa Inggris di SD Mangunan?
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pengajaran Bahasa Inggris dalam penerapan kurikulum SD Mangunan?
3. Untuk mengetahui kendala dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SD Mangunan dan solusi untuk mengatasi kendala tersebut?

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Adapun manfaatnya antara lain:
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya bagi peneliti dalam hal penelitian.
2. Sebagai bahan referensi bagi mahasisnya UNY yang nota bene dipersiapkan sebagai calon guru.
3. Sebagaii evaluasi bagi guru khususnya dalam mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar untuk selalu mengembangkan kompetensi guna meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
F. Kajian Teori
1. Pengajaran Bahasa
a. Definisi Pengajaran
Gage in Brown (1987) mendefinisikan pengajaran sebagai berikut, “teaching as guiding and facilitating learning, enabling the learner to learn, setting the conditions for learning”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pengajaran tidakdapat dipisahkan dari pembelajaran. Pengajaran merupakan suatu kondisi yang diciptakan oleh guru untu memfasilitasi siswa-siswinya belajar. Pengajaran merupakan kegiatan yang sangat memerlukan keterlibatan siswa.
b. Komponen Pengajaran
Komponen sistem pengajaran adalah:
1) Siswa
Siswa mempunyai peranan penting dalam proses pengajaran bahasa, karena siswa merupakan subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Oleh karena itu, para siswa harus dilibatkan pada semua interaksi kelas dari perencanaan dan evaluasi.
2) Guru
Guru merupakan kunci utama kegiatan pengajaran bahasa dimana guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Guru juga mempunyai peranan penting yang menentukan peningkatan atau kemunduran dari kemampuan siswanya.
3) Isi (Subjek Materi)
Subjek materi adalah materi pengajaran yang dikembangkan pada rancangan yang berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Salah satu tugas guru dalam merancang proses pembelajaran adalah memilih materi.
4) Pendekatan, Metode dan Teknik
Pendekatan menjelaskan bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bagian-bagiannya saling terkait. Dengan kata lain, pendekatan merupakan model kompetensi bahasa. Pendekatan juga menjelaskan bagaimana orang memperoleh pengetahuan mengenai bahasa dan mendukung keberhasilan pembelajaran bahasa.
Metode merupakan realisasi dari suatu pendekatan. Metode yang jelas diperlukan dalam proses belajar mengajar yang juga sangat mendukung kegiatan pembelajaran. Sedangkan teknik yang digunakan oleh guru akan sangat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam pembelajaran itu sendiri.
5) Media
Dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, media memiliki peranan penting karena beberapa alasan. Media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pembelajaran dan menggunakan waktu dengan bijak. Media pembelajaran yang biasa digunakan meliputi permainan, video, CD, tape dan sebagainya. Ketersediaan media di suatu kelas akan mempengaruhi pembelajaran siswa, dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran.

G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang bersifat naturalistik. Penelitian jenis ini berusaha mengetahui proses pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Sekolah Dasar Mangunan.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah SD Mangunan yang terletak di desa Mangunan, kecamatan Kalasan, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Di SD tersebut terdapat model pengajaran yang mengutamakan pemerdekaan anak sebagai dasar dimana penelitian ini akan dilakukan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling, yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Mangunan yang telah mendapat pelajaran bahasa Inggris.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah observasi, dokumentasi, interview dan quosioner. Peneliti merupakan instrumen utama yang mengobservasi proses pengajaran di kelas, mewawancarai guru bahasa Inggris dan kepala sekolah dan memberikan angket kepada siswa.
Pengumpulan data adalah dalam bentuk kata-kata atau gambar daripada bentuk angka. Pengumpulan ini juga dalam bentuk catatan lapangan, transkrip wawancara, angket, dan rekaman (masih diusahakan).
4. Teknik Analisis data
Analisis data merupakan proses sistematisyang merumuskan transkrip wawancara, angket, catatan lapangan dan materi lain yang dirumuskan oleh peneliti. Data tersebut dianalisa secara induktif, pertama-tama peneliti tidak datang ke lapangan dengan hipotesa. Peneliti ingin memperoleh beberapa pertanyaan penting dan aspek menarik dari kondisi lapangan. Setelah itu peneliti mengambilnya sebagai pusat, mengembangkanya dan berusaha memperoleh data sebanyak mungkin. Proses analisis data dimulai ketika peneliti mengumpulkan data dikelas. Bagaimanapun juga peneliti perlu menganilisa data tersebut secara intensif setelah meninggalkan lapangan

H. Jadwal Penelitian
Penelitian dilaksanakan tanggal 08-11 Oktober 2008 dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini bertujuan mempersiapkan instrumen-instrumen yang dibutuhkan pada proses pelaksanaan seperti persiapan observasi, penjelasan terhadap pihak sekolah mengenai siapa yang akan melakukan penelitian serta mempersiapkan tempat dimana peneliti dapat mengawasi proses pelaksanaan.



2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari observasi lapangan serta wawancara yang dilakukan dengan pihak terkait. Catatan lapangan serta rekaman juga digunakan untuk menyimpan data yang diambil.
b. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara induktif oleh peneliti. Hasil yang diperoleh disesuaikan kembali dengan pendapat pihak sekolah terkait.

I. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsini.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Sevilla, Consuelo G dkk.1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-Press
Syamsuddin dan Ursmaia S. Damaianti.2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
http://www.uny.ac.id/akademik/sharefile/files/0606200771138_PROPOSAL_PENELITIAN_NATURALISTIK.doc.

Contoh Proposal PTK

UPAYA-UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS DENGAN METODE JEUX DE RÔLES PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 7 PURWOREJO

Oleh:
Natiqotul Muniroh 07204241003


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2008


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penjurusan pada SMA/MA/SMK di mulai ketika siswa memasuki kelas XI. Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapat pembelajaran yang lebih fokus sesuai minat, cita-cita dan kemampuan masing-masing. Seperti program jurusan lainnya, jurusan Bahasa diadakan sebagai wadah untuk siswa yang menguasai bidang kebahasaan agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengajaran bahasa bertujuan agar siswa menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia dan bahasa asing sebagai alat komunikasi di dunia internasional. Dengan memeroleh bahasa asing, siswa dapat memahami dan mengungkapkan informasi, ide, serta mempelajari kebudayaan tentang negara itu sendiri maupun nagara-negara yang ada di dunia. Dirasa pentingnya mempelajari bahasa asing, Sebagian besar SMA memberikan bahasa asing sebagai keterampilan bahasa asing yang dialokasikan dalam KTSP.
Bahasa Prancis merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan pada SMA, mengingat bahasa Prancis adalah bahasa Internasional kedua yang digunakan lebih dari separuh penduduk dunia. Selain itu, bahasa Prancis merupakan bahasa resmi yang digunakan dalam organisasi tingkat dunia. Disamping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bahasa ini dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi, hubungan antar bangsa, sosial budaya, serta pengembangan karier. Bahasa Prancis memiliki posisi penting sehingga menjadi kesadaran bahwa bahasa Prancis dapat dijadikan sarana untuk mengenal dunia dalam era globalisasi ini.
Seperti yang dinyatakan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), bahasa Prancis menekankan aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan bahasa lisan dan tulis baik respektif maupun produktif. Untuk menguasai bahasa Prancis, diperlukan keterampilan berbahasa yang mencakup 4 aspek, yaitu keterampilan mendengar ’Compréhension Orale’, keterampilan berbicara ’Expression Orale’, keterampilan membaca ’Compréhension Ecrite’, dan keterampilan menulis ’Expression Ecriet’. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang penting untuk dikuasai. Untuk berbicara lancar, terlebih dulu harus menguasai keterampilan tersebut yang didukung aspek-aspek lainnya. Untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Prancis khususnya secara lisan, ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai, antara lain: kedua belah pihak yaitu pembicara dan pendengar harus memahami maksud dari kata-kata yang digunakan. Selain itu, bahasa Prancis memiliki struktur tata bahasa yang sangat kompleks, sehingga penting juga untuk mempelajari struktur tata bahasa dan sistematika bahasa Prancis untuk mendukung keterampilan berbicara bahasa Prancis.
Apabila ditinjau dari hasil pengajaran bahasa Asing, khususnya bahasa Prancis di sekolah, pada umumnya hasil hasil sudah mulaki terlihat dalam segi kuantitas (nilai) yang cukup memuaskan. Namun, dalam segi kualitas ternyata masih dirasa sangat kurang. Sebagian besar siswa masih enggan untuk berbicara dalam bahasa Prancis dengan berbagai alasan, mulai dari rasa tidak percaya diri, malu, tidak bisa, takut salah karena penguasaan kosa kata dan struktur gramatiknya yang masih acak-acakan jika digunakan saat berbicara, pelafalan yang masih kacau dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru SMA Negeri 7 saat observasi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Prancis di SMA ini mengutamakan keterampilan membaca dan berbicara, mengingat pentingnya komunikasi langsung pada zaman globalisasi sekarang. Namun, beberapa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran bahasa Prancis adalah antusiasme siswa terhadap bahasa Prancis yang masih kurang, taraf kemampuan siswa yang berbeda-beda dan kurangnya rasa percaya diri siswa untuk berbicara dalam bahasa Prancis. Selain itu, adanya faktor ketakutan pada siswa untuk berbicara karena penguasaan kosa kata, struktur gramatikal dan pelafalan yang dinilai masih minim. Padahal keterampilan berbicara sangat penting untuk berkomunikasi saat ini, sehingga keterampilan berbicara dalam kurikulum SMA N 7 Purworejo khususnnya kelas XI Bahasa mendapat alokasi waktu yang lebih banyak. Pada umumnya, siswa cenderung menguasai keterampilan membaca dan menulis (komunikasi tertulis) dibandingkan dengan keterampilan mendengar atau berbicara (komunikasi lisan). Permasalahan yang paling utama adalah tingkat antusiasme belajar yang masih kurang. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal antara lain adalah minat, kecerdasan, rasa takut, rasa percaya diri, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal antara lain adalah fasilitas belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, lingkungan belajar dan sebaginya.
Banyaknya anggapan siswa bahwa bahasa Prancis sulit dipelajari membuat siswa malas dan kurang berminat dalam mempelajari bahasa Prancis. Salah satu faktor ekstern yang penting dan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar bahasa Prancis adalah penggunaan metode pembelajaran. Kurangnya variasi metode menyebabkan siswa merasa jenuh dan pasif terhadap pembelajaran yang akhirnya dapat menghambat kelancaran proses pembelajaran dan hasil pencapaian siswa, baik yang akademik maupun nonakademik.
Pelajaran bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo termasuk ke dalam pelajaran wajib bagi kelas X, program jurusan bahasa dan IPS. Jumlah jam pelajaran yang padat tetapi dihadapkan dengan kurangnya tenaga pengajar bahasa karena hanya memiliki dua guru bahasa Prancis. Hal tersebut menjadikan guru dituntut kreatif dalam menerapkan metode pembelajaran yang dapat merangsang keaktifan dan kemandirian para siswa karena salah satu kelemahan dalam pembelajaran bahasa asing pada umumnya adalah terjebak pada pengunaan metode pengajaran yang belum menjurus ke arah pengembangan kemampuan aktif siswa. Penggunaan metode yang bervariasi dapat membuat siswa lebih aktif dan tertarik mempelajari bahasa Prancis dibandinglan hanya menggunakan metode klasikal tertentu yang membuat siswa bergantung pada guru. Metode pembelajaran aktif dapat meningkatkan kemandirian siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dicari alternatif metode yang dapat merangsang antusiasme dan keaktifan siswa agar dapat balajar bahasa Prancis dengan menyenangkan. Salah satu metode yang perlu diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis adalah metode jeux de roles. Metode jeux de roles dalam bahasa Indonesia adalah bermain peran. Dalam jeux de roles, siswa memainkan peran dari karakter tertentu. Siswa dapat menjiwai perannya tersebut berbicara dan bertingkah laku sesuai dengan karakter yang diperankan. Metode ini sangat bagus untuk diterapkan agar para siswa tertantang untuk berbicara bahasa Prancis lebih baik. Metode tersebut menggunakan teks wacana dan percakapan yang terdapat dalam buku maupun hasil karya siswa. Sehingga akan mengembangkan ide, daya imajinasi, kreativitas, ekspresi, dan mengubah aktivitas duduk yeng tenang ke aktivitas gerakan, ucapan, maupun mental yang tanggap terhadap orang lain atau suatu permasalahan.


B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, timbul berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya antusias siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo dalam berbicara bahasa Prancis.
2. Kurangnya minat siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo dalam berbicara bahasa Prancis.
3. Rendahnya keterampilan berbicara bahasa Prancis pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.
4. Kurangnya penggunaan metode pengajaran yang bervariasi yang sesuai dengan pengajaran bahasa Prancis di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.
5. Kurangnya metode pembelajaran bahasa Prancis yang aktif dan menyenangkan di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.
6. Belum maksimalnya upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, dapat diketahui bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan keterampilan berbicara bahasa Prancis sangat kompleks. Maka, permasalahan ini dibatasi pada ”upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo”.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi pusat penelitian yaitu ”Bagaimana upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo”.

E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan ”untuk mengetahui upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo”

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yangt diharapkan melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa khususnya bahasa Prancis dan dapat dijadikan referensi yang relevan bagi penelitian di masa yang akan datang.
2. Manfaat praktis
a. Bagi akademika atau pengembang ilmu
1) Dapat memeroleh masukan yang bermanfaat terhadap metode, strategi, dan teknik yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran bahasa Prancis.
2) Dapat mengetahui upaya-upaya meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode jeux de roles.
b. Bagi pengelola pendidikan
1) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar.
2) Sebagai masukan bagi guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang praktis sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
3) Sebagai masukan dan usaha meningkatkan potensi belajar siswa khususnya pada bidang studi bahasa Prancis.
c. Bagi peneliti
Sebagai mahasiswa yang diidik menjadi calon guru bahasa Prancis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan pengalaman berharga terkait dengan pembelajaran bahasa Prancis, khususnya penerapan metode jeux de rôles sebagai upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa SMA dalam pembelajaran bahasa Prancis di SMA Negeri 7 Purworejo.


BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Dalam Geroys Keraf (1997: 1)Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Salah satu keterampilan yangb sangat penting dalam belajar bahasa menurut Syafi’i yang dikutip Susmita (1996:11) adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara dari dulu mendapat perhatian yang besar (Subyakto,1988: 153). Dibandingkan dengan waktu yang lampau, pengajaran bahasa (asing) dewasa ini banyak ditujukan pada keterampilan lisan (Sartinah, 1988: ). Sedangkan menurut Tarigan (1986: ), dalam sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampioan berbicara. Mengingat pentingnya peranan keterampilan berbicara dalam dalam kehidupan sehari-hari perlu digalakkan pengajaran berbicara di sekolah.
Keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi dan artikulasi dan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1985: 15). Selanjutnya Tarigan juga menyatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan dapat dilihat (visible). Yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan oto tubuh demi maksud dan tujuan, gagasan atau ide yang dikombinasikan. Munurut Mulgrave (1954: 3-4) dalam Tarigan, berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara dapat memahamiatau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dan apakah dia waspada, antusias atau tidak. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang sudah disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak (Tarigan, 1985: 15) Dengan demikian berbicara lebih dari sekedar pengucapan bunyi atau kata-kata, tetapi juga mengandung makna yang dapat diterima oleh penyimak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan untuk menyampaikan suatu maksud, ide, gagasan, atau pikiran pada orang lain dengan maksud dapat dipahami pendengarnya. Keterampilan berbicara sangat penting bagi orang untuk berkomunikasi dengan didukung keterampilan lainnya.
b. Tujuan Ketrampilan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Menurut Subyakto (1988:152), tujuan pertama kemampuan komunkatif ialah untuk menyampaikan pesan kepada orang, yakni untuk mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa. Tujuan kedua ialah menyampaikan pesan kepada orang ain dalam cara yang secara sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun alat profesional (bussines or professional tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai maksud umum menurut Och and Winker (1979: 9) dalam Tarigan yaitu:
1) Memberitahukan, melaporkan (to inform)
2) Menjamu, menghibur (to entertain)
3) Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
Sedangkan menurut Maidar (1993: 17), tujuan berbicara adalah adalah memberitahukan sesuatu pada orang lain agar orang tersebut paham dengan isi pembicaraan. Agar dapat menyampaikan pembicaraan secara efektif, sebaiknya pembicara benar-benar pahammememahami apa yang dibicarakannya. Di samping itu, ia harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan keterampilan berbicara adalah cakap untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan pesan kepada orang lain agar orang tersebut paham dengan maksud yang disampaikan. Selain itu, tujuan berbicara adalah memberitahukan, menghibur dan mengajak orang lain.
c. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Pembicaraan yang baik memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan. Dalam mengembangkan keterampilan bercicara perlu adanya pengaturan bahan bagi penampilan lisan, perlu penganalisisan pemirsa, penyesuaian ide dan susunannya bagi para pndengar, perlu penggunaan ekspresi yag jelas dan efektif bagi komunikasi kelompok yang khusus dan perlu belaar menyimak denganh seksama dan penuh perhatian (Mulgrave dalam Tarigan, 1985: 22) Sedang menurut Sartinah (1988: ), kemampuan berkomunikasi dengan bahasa sehari-hari harus dilakukan secara intuitif yang didasarkan oleh rasa bahasa serta speech habits yang sudah dikuasai secara otomatis dengan berkonsentrasi pada buah pikiran secara sadar. Suatu hal yang penting pula ialah pengembangan keterampilan berbicara aktif didasari pula oleh keterampilan pasif 6ang terdiri atas kemampuan menangkap dan mengerti bahasa yang diucapkan. Pengembangan ketrampilan berbicara bahasa asing juga bisa dibantu dengan membaca teks dalam bahasa asing dan latihan menulis agar keterampilan berbicara secara aktif dan produktif bisa dikuasai secara mantap. Masih menurut Sartinah, cara melatih siswaagar dapat terampil mengungkapkan diri dalam bahasa asing secara lisan adalah: 1) Dalam mengungkapkan bahasa asing sehari-hari, siswa harus mampu memilih materi leksik dan gramatikal yang sesuai. 2) Ungkapan harus merupakan bahasa yang lazim dipakai, yaitu bahasa yang dipakai siswa sehari-hari dalam mengadakan dialog dngan siswa lain.
Dalam Tarigan & Tarigan (1986: 90) disebutkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan teknik pengajaran bahasa antara lain: 1) ulang ucap, 2) lihat dan ucapkan, 3) mendeskripsikan, 4) menjawab pertanyaan, 5) percakapan, 6) reka cerita gambar, 7) bercerita, 8) dramatisasi, 9) pertanyaan menggali, 10) melanjutkan cerita, 11) cerita berantai, 12) menceritakan kembali, 13) percakapan, 14) parafrase, 15) reka cerita gambar, 16) memberi petunjuk, 17) bercerita, 18) dramatisasi, 19) laporan pandangan mata, 20) bermain peran, 21) bertelepon, 22) wawancara, 23) diskusi.
Peningkatan keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai metode dan telnik, kebiasaan, dan pengembangan keterampilan lain sebagai pendukung, serta menggunakan bahasa yan lazim digunakan dalam kehidupan sehasri-hari.


d. Faktor-faktor kebahasaan dan Nonkebahasaan sebagai Penunjang Kefeektifan Berbicara
Untuk menjadi pembicara yang baik, seseorang harus berbicara dengan jelas dan tepat. Selain itu, pembicara juga harus menguasai masalah apa yang ia bicarakan dan memperlihatkan keluwesan berbicara. Menurut Arsyad (1991, 87) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh si pembicara untuk keefektifan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.
1) Faktor-faktor kebahasaan
a) ketepatan ucapan
b) tekanan, nada
c) pilihan kata (diksi)
d) ketepatan sasaran pembicaraan
2) Faktor-faktor non kebahasaan
a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
b) pandangan terus diarahkan pada lawan bicara
c) kelancaran
d) gerak-gerik dan mimik yang tepat
e) kenyaringan suara
f) penalaran/ relevansi
g) penguasaan topic
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri. Melainkan saling berkaitan dengan kemampuan berbahasa yang lain. Untuk pembelajar bahasa asing khususnya bahasa Prancis, pada tingkat awal diharapkan bdapat berbicara dengan baik walaupun dalam kalimat sederhana.

2. Metode Jeux de Rôles
a. Pengertian Metode
Metode, cara atau teknik pengajaran merupakan komponen proses belajar mengajar yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh piihan bahan dan metode yang tepat (Tarigan & Tarigan, 1986: ). Sedangkan Subyakto (1988: 9) menyatakan ” Method ialah tingkat yang menerapkan teori-teori pada ti8ngkat approach. Dalam tingkat ini diadakan pilihan-pilihan tentan keterampilan khusus mana yang harus diajarkan, materi-materi apa yang harus disajikan. Metode dan teknik yang membuat para pembelajar terus berkeinginan untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Dalam pembelajaran bahasa asing, sudah cukup lama dikenal dengan istilah pendekatan komunikatif atau communicative approach sebagai reaksi terhadap metode pengajaran bahasa baik yang tradisional maupun situasional. Pendekatan komunikatif menurut Richard et al (1986) dalam kamaludin dan farida, adalah pengajaran bahasa yang dilandasi teori komunikasi dan fungsi bahasa dengan tujuan mengembangkan kemampuan komunikatif serta meningkatkan kemampuan keempat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Metode komunikatif mempunyai metode pengajaran yang bervariasi terutama metode bermain peran.
b. Metode Jeux de Rôles
Metode jeux de role dalam bahasa Indonesia adalah metode bermain peran dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah role playing. Dalam wikipedia, bermain peran diartikan sebagai sebuah permainan dimana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Menurut Azies dan Alwasilah (1996: 95-101) dalam Kamaludin dan Farida, menjelaskan bahwa teknik bermain peran banyak dipakai dalam pengajaran bahasa karena kegiatan belajar dan mengajar dengan teknik ini sangat menyenangkan. Bermain peran dapat dilakukan dengan mengikuti dialog yang ada dalam wacana, bisa dilakukan berperan bebas sesuai dengan imajinasi dan kreatifitas para pembelajar. Bruce dan Marsha ( 1986: 102) menyebutkan bahwa melalui bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa dengan peranan tokoh yang diperankannya, misal sebagai guru, orang tua, dokter dan sebagainya. Setiap tokoh yang diperankan menuntut karakteristik tertentu pula. Metode bermain peran sangat baik dalam mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam bahasa (Tarigan, 1986: 122). Dijelaskan pula dalam Soeparno (1987: 101) bahwa bermain peran menampilokan sikap, tingkah laku, watak dan prangai suatu peran untuk menciptakan imajinasi yang dapat melukiskan peristiwa sebenarnya.
Jika dilihat dari beberapa pebgertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain peran adalah suatu metode pembelajaran yang berupa ucapan dan tindakan secara sadar dalam memerankan suatu tokoh atau karakter.
c. Tujuan Metode Jeux de Rôles
Secara sederhana, metode jeux de role merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui tokoh yang diperankan. Menurut Soeparno (1987:101), tujuan dari bermain peran (jeux de role) adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih memahami kalimat-kalimat yang diucapkan orang lain secara tepat dengan apa yang dimaksud. Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986:102) menyebutkan bahwa melalui bermain peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan mengenal diri dan perasaan orang lain, selain itu mereka juga dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu bermain peran juga dapat meningkatkan kreatifitas murid dalam memecahkan masalah melalui berbagai cara yang bebas dalam permainan tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bermain peran bertujuan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih mengungkapkan dan memahami apa kata yang diucapkan, belajar untuk memecahkan masalah secara kreatif dan belajar keterampilan berbicara secara menyenangkan melalui karakter yang diperankan.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Jeux de Rôles
Menurut Alwasilah dan Azies (1996:97-101) ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menggunakan metode jeux de role antara lain:
1) Memilih peran atau adopsi peran
Memilih peran atau adopsi peran adalah istilah untuk menggambarkan sebuah aktivitas jenis drama, yaitu masing-masing siswa dari sebuah kelompok atau pasangan menggunakan identitas baru yang diambil dari tokoh yang ada dalam buku teks.
2) Bermain peran terbimbing
Bermain peran terbimbing biasanya berfokus fungsional, dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan siswa dalam situasi tertentu. Siswa terlebih dulu belajar ungkapan-ungkapan dan kosa kata yang berkaitan. Dalam bermain peran jenis ini ada beberapa guru yang membiarkan imaginasi siswa berjalan apa adanya.
3) Bermain peran bebas dari teks
Bermain peran jenis ini tidak membutuhkan persiapan sama sekali. Siswa dan guru maju ke depan kelas dengan perannya masing-masing, tetapi siswa telah diberitahukan bahwa ia akan memainkan peran-peran lanjutan.
Schaftel dan Schaftel dalan Dahlan (1990: 128) mengemukakan sembilan tahap bermain peran, yaitu:
1) merangsang semangat kelompok
2) memilih peran
3) mempersiapkan pengamatan
4) mempersiapkan tahap-tahap peran
5) pemeranan
6) mendiskusikan dan mengevaluasi peran serta isinya
7) pemeranan ulang
8) pemeranan didiskusikan dan dievaluasi kembali
9) mengkaji pemanfaatannya dalam kehidupan nyata melalui tukar pengalaman dan penarikan generalisasi.
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jeux de Rôles
Djajadisastra (1982: 41-42) mengemukakan kelebihan dan kekurangan metode bermain peran sebagai berikut:
1) Kelebihan metode jeux de rôles
a) Memainkan suatu judul lakon dapat menyalurkan perasaan atau keinginan terpendam saat memainkan peran tertentu.
b) Merupakan hiburan bagi siswa dan menikmati suatu peran dalam lakon tertentu.
c) Siswa yang bermnain peran tersebut memeroleh kesempatan untuk belajar mencurahkan penghayatan problem di depan orang.
d) Memperkaya pengetahuan dan pengalaman siswa yang memainkan.
2) Kekurangan metode jeux de rôles
a) Siswa yang tidak mempunyai kematangan psikis tidak mungkin menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
b) Keterbatasan waktu yang digunakan tidak memberi kesempatan untuk menentukan langkah secara wajar.
c) Rasa malu akan menghambat kewajaran bermain peran.
Beberapa kelebihan dan kekurangan tersebut dapat dijadikan pertimbangan bila ingin diterapkan di kelas. Sebelumnya harus disampaikan dan keadaan siswanya sehingga dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik.

B. Penelitian Lain yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang menjadi masukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Riana Rahmawati (2007) dengan judul ” Upaya-Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di Kelas XI Bahasa MAN Yogyakarta II”. Dalam laporan penelitiannya dinyatakan bahwa Rollenspiel (bermain peran) yang disinergikan dalam dengan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan siswa yang semula 60% menjadi 80%, khususnya aspek keberanian siswa dalam berbicara menggunakan bahasa Jerman di depan kelas dan mengatasi kesulitan dalam mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa Jerman.
Penelitian yang dilakukan oleh Vanda Lailaningsih (2007) dengan judul ”Keefektifan Penggunaan Teknik Rollenspiel PADA Pengajaran Bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul”. Dalam laporan penelitiannya, dinyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa t-hitung = 8,175 lebih besar dari t-tabel =1,997 pada taraf signifikasi α = 0,05 dan db sebesar 65. Rerata kelompok eksperimen sebesar 48,60 lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol 42,11 dan bobot keefektifan sebesar 15,19 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 1) ada perbedaan prestasi yang signifikan dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman siwa antar kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan teknik rollenspiel, 2) Pengajaran berbicara bahasa Jerman dengan menggunakan teknik rollenspiel lebih efektif daripada tanpa menggunakan teknik rollenspiel.

C. Kerangka Berpikir
Pengajaran bahasa asing pada keterampilan berbicara khususnya bahasa Prancis di berbagai lembaga pendidikan menengah belum mencapai hasil yang diharapkan. Salah saru kelemahan pengajaran pada umunya terletak pada metode pengajaran yang belum menjurus ke penggunaan struktur-struktur dasar secara lisan yang merupakan landasan untuk mengembangkan kemampuan pasif maupun aktif. Dibandingkan dengan waktu yang lampau, pengajaran bahasa Prancis dewasa ini lebih mengembangkan pada keterampilan berbicara. Kemampuan mengungkapkan diri dalam bahasa Prancis tidak akan berkembang jika siswa hanya disuruh menghafal teks atau dialog saja. Jika suatu komunikasi verbal diadakan, orang harus selalu menciptakan cara baru untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pikiran yang sesuai dengan jalannya komunikasi.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis, tidak terlepas dari peran guru dalam menggunakan metode pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus teliti dan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangan tiap-tiap metode pembelajaran yang diterapkan di kelas. Ketepatan guru dalam menggunakan metode sangat mendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Masih rendahnya kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis khususnya di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2008/2009 sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya guru, siswa, materi, metode dan media pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemecahan alternatif tindakan perbaikan didiskusikan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Prancis dengan melaksanakan tindakan jeux de rôles

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesistinadakan dalam penelitian ini adalah: ”Dengan diterapkan metode Pengajaran bahasa asing pada keterampilan berbicara khususnya bahasa Prancis di berbagai lembaga pendidikan menengah belum mencapai hasil yang diharapkan. Salah saru kelemahan pengajaran pada umunya terletak pada metode pengajaran yang belum menjurus ke penggunaan struktur-struktur dasar secara lisan yang merupakan landasan untuk mengembangkan kemampuan pasif maupun aktif. Dibandingkan dengan waktu yang lampau, pengajaran bahasa Prancis dewasa ini lebih mengembangkan pada keterampilan berbicara. Kemampuan mengungkapkan diri dalam bahasa Prancis tidak akan berkembang jika siswa hanya disuruh menghafal teks atau dialog saja. Jika suatu komunikasi verbal diadakan, orang harus selalu menciptakan cara baru untuk mengungkapkan ide, gagasan, atau pikiran yang sesuai dengan jalannya komunikasi.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis, tidak terlepas dari peran guru dalam menggunakan metode pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus teliti dan mempertimbangkan kelebihan serta kekurangan tiap-tiap metode pembelajaran yang diterapkan di kelas. Ketepatan guru dalam menggunakan metode sangat mendukung keberhasilan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Masih rendahnya kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis khususnya di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2008/2009 sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya guru, siswa, materi, metode dan media pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemecahan alternatif tindakan perbaikan didiskusikan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Prancis dengan melaksanakan tindakan jeux de rôles, maka kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis di kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo pada semester genap tahun ajaran 2008/2009 akan meningkat”.




BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Research Class) yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Penelitian ini bersifat partisipatif dan kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul pada keterampilan berbicara. Desain penelitian tindakan yang akan dilakukan menggunakan model Kemmis dan Taggart (via Wiriatmadja, 2007: 66)
Bagan Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)

Adapun model PTK tersebut dimaksud menggambarkan adanya empat langkah dan pengulangannya yang disederhanakan oleh Suharsimi (2006: 97) menjadi:


Keempat langkah tersebut nmerupakan siklus atau putaran, yang artinya sesudah langkah ke-4 lalu kembali lagi ke-1 dan seterusnya.

B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Purworejo kelas XI Bahasa. Sekolah ini berlokasi di kelurahan Pangen Jurutengah dan Ngupasan, kecamatan Purworejo, kabupaten Purworejo, propinsi Jawa Tengah yang terletak pada pusat kota, tepatnya di sepanjang Jl. Ki Mangunsarkoro No.1 Purworejo. Walaupun letaknya berada di jantung kota, lingkungan SMA ini pada umumny cukup tenang dan kondusif untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan, SMA Negeri 7 Purworejo memiliki gedung peninggalan Belanda di atas tanah seluas ± ha yang teduh oleh asrinya lingkungan sekolah.
SMA Negeri 7 Purworejo memiliki fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran. Dari segi fisik, sekolah ini memiliki 27 ruang kelas, 3 laboratorium IPA, laboratorium IPS, laboratorium Bahasa, laboratorium komputer, Ruang Multimedia, Perpustakaan Digital, Masjid, Green House, Lapangan olah raga, Wisma Budaya (aula), Rumah dinas (bagi guru dan karyawan), dan lain-lain. Dari segi non fisik, SMA Negeri 7 Purworejo memberikan berbagai fasilitas, antara lain: 3 program jurusan (IPA, IPS, dan Bahasa), Kelas reguler, kelas Immersi, kelas RSBI, kegiatan ekstrakurikuler, program hari berbahasa dan sebagainya. SMA ini memiliki tim guru dari 62 guru mata pelajaran, dua diantaranya adalah guru mata pelajaran bahasa Prancis.
SMA Negeri 7 Purworejo terrnasuk sekolah favorit di Purworejo yang telah banyak membuahkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun nonakademik. Hal itu dapat dilihat dari kuantitas lulusan dan kualitas lulusan

C. Subyek dan Obyek Penelitian
Di kelas bahasa, mata pelajaran bahasa Prancis sejak tahun ajaran 1998/1999 merupakan salah satu pelajaran yang termasuk dalam Ujian Akhir Nasional (UAN), sehingga mata pelajaran bahasa Prancis tidak hanya wajib tempuh, tetapi juga wajib lulus. Di kelas XI Bahasa, alokasi waktu mata pelajaran bahasa Prancis adalah 8x45 menit tiap minggunya atau 360 menit perminggu yang dilaksanakan rutin tiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu dengan siswa berjumlah 20 anak, yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Pertimbangan diambilnya kelas ini sebagai subyek penelitian karena penguasaan keterampilan berbicara bahasa Prancis sangat dituntut dibanding kelas yang lain. Selain itu, pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis pada kelas ini belum sesuai dengan target ketercapaian pembelajaran.
Obyek dalam penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara bahasa Prancis melalui metode jeux de rôles pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo semester genap tahun ajaran 2008/2009. Berdasarkan keadaan tersebut, melalui metode jeux de rôles diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru mata pelajaran bahasa Prancis dalam pengajaran keterampilan berbicara dan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Prancis.

D. Prosedur Penelitian
Model penelitian yang dikembangkan Kemmis dan Taggart menggunakan empat komponen PTK (Perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi). PTK mengenal empat tahap atau langkah penting yaitu plan (perencanaan), act (tindakan), observe (pengamatan), dan reflect (perenungan) yang akan diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan : Merancang strategi metode jeux de rôles untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan berbicara bahasa Prancis.
2. Tahap tindakan : mulai mempraktikkan metode jeux de rôles unutuk mendorong siswa mengucapkan kata dan kalimat bahasa Prancis serta mengungkapkan ide dan pikirannya.
3. Tahap pengamatan : Kegiatan siswa dalam praktik jeux de rôles dicatat, difoto atau direkam untuk melihat proses pelaksanaan yang terjadi.
4. Tahap refleksi : perenungan terhadap hasil tindakan yang telah dilakukan
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian kelas ini mengandung data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama proses pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan metode jeux de rôles. Data kuantitatif berupa taingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes berbicara. Sumber data diambil pada sebelum, selama, dan sesudah penelitian tindakan dilakukan. Data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara dan alat antara lain:
1. observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa dan guru (kolaborator) dalam proses pembelajaran yang dibantu oleh guru observer pendukung.
2. interview (wawancara)
Wawancara dilakukan peneliti dengan Kepala sekolah, guru (kolaborator), guru observer pendukung dan siswa. Hal ini dilakukan dilakukan untuk memperoleh data tentang pembelajaran bahasa Prancis khususnya pada keterampilan berbicara dan hal yang berkaitan lainnya. Wawancara dilakukan dengan sistem semi struktur dan bebas menurut situasi kondisi yang terjadi.
3. Survey (angket)
Angket ini disusun berdasarkan indikator yang mengungkapkan yang dapat mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman berbicara bahasa Prancis dan penerapan metode jeux de rôles. Anget yag digunakan adalah angket tertutup yang berupa cheklist.
4. catatan lapangan
Instrumen ini disusun untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan guru, siswa dan hal lain yang terkait dengan proses pembelajaran bahasa Prancis khususnya keterampilan berbicara baik sebelum, selama, maupun sesudah berlangsungnya tindakan.
5. tes berbicara
Tes berbicara dilakukan untuk menjaring data yang menunjukkan tingkat keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa subyek penelitian. Tes dilakukan pada sebelum dan sesudah tindakan diberikan. Guru kelas mengevaluasi untuk mengukur tingkat keterampilan siswa. Data yang dihasilkan dengan tes berbicara merupakan data kuantitatif yang dianalisis secara kuantitatif.
6. Dokumentasi
Dokumentasi berupasilabus, rencana pembelajaran, laporan tugas siswa, bagian buku teks yang digunakan, catatan tentang siswa, foto maupun rekaman hasil observasi, wawancara dan pelaksanaan tindakan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, peneliti membandingkan isi catatan yang dilakukan dengan kolaborator, kemudian data diolah dan disajikan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa wawancara, catatan lapangan, angket dan dokumentasi.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Perbandingan antar data yaitu membandingkan data-data yang diperoleh dari setiap informan.
b. Kategorisasi yaitu mengelompokkan data-data dalam kategori tertentu.
c. Pembuatan inferensi yaitu memaknai data-data dan menarik kesimpulan.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data kuantitatif yang disajikan adalah dengan membentuk statistik deskriptif, Merupakan teknik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis dan kemudian menarik kesimpulan yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar. Teknik ini hanya dipergunakan untuk menyampaikan dan menganalisis data agar memperjelas keadaan karakteristik data yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2004: 8)
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Data ini berupa skor keterampilan berbicara bahasa Prancis yang penilaiannya menggunakan skor tertinggi 100 dan skor terendah 50. Aspek yang dinilai yaitu ucapan, dialog, ekspresi, pelafalan, dan struktur. Data tes awal dan tes akhir diolah dengan menggunakan uji-t (t-test) untuk mengetahui adanya perbedaan antara tes awal dan tes akhir.

G. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria atau indikator keberhasilan penelitian tindakan adalah:
1. Peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa kelas XI Bahasa semester genap tahun ajaran 2008/2009.
2. Perubahan hasil belajar secara positif. Keberhasilan tindakan tidak ditekankan pada hasil akhir yang dicaoai, tetapi kepada proses berlangsungnya penelitian.
H. Validitas dan Realibilitas Data
Suatu penelitian harus menggunakan instrumen yang baik untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya.Instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu memenuhi fungsinya sebagai alat ukur dan suatu intrumen dikatakan reliabel apabila instrumen cukuo dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.
1. Validitas Data
Burns (1999: 161-162) dalam Riana mengemukakan beberapa validitas dalam penilitian tindakan, yaitu:
a. Validitas demokratis (Demokratic Validity)
Validitas ini dilakukan dalam ruang identifikasi masalah, perencanaan tindakan yanng relevan dan hal lainnya dari awal penelitian hingga akhir. Semua obyek yang terkait meliputi peneliti, guru, kepala sekolah, observer pendukung dan siswa terlibat dalam penelitian.
b. Validitas proses (Proses Validity)
Validitas proses dicapai dengan cara peneliti dan nkolaborator secara intensif, berkesinambungan, dan berkolaborasidalam semua kegiatan yang terkait dengan proses penelitian. Penelitian dilakukan dengan guru sebagai partisipan observer yang selalu berada di kelas dan mengikuti proses pembelajaran.
c. Validitas dialogis (Dialogic Validity)
Berdasarkan data awal penelitian dan masukan yang ada, selanjutnya peneliti mengklarifikasikan, mendiskusikan dan menganalisis data tersebut dengan guru sebagai kolaborator untuk memperoleh kesepakatan. Penentuan bentuk tindakan juga dilakukan bersama antara peneliti dan kolaborator. Dialog atau diskusi dilakukan untuk menyepakati bentuk tindakan yang sesuai sebagai alternatif dalam penelitian ini.
2. Reliabilitas Data
Reliabilitas data dipenuhi dengan melibatkan lebih dari satu sumber data (triangulasi). Triangulasi ini diartikan pengecekan data dari berbagai sumber, cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008: 372-374)
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berapa sumber.
b. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan terhadap wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda.

I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 7 Purworejo tahun ajaran 2008/2009 khususnya semester genap. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama bulan Januari sampai dengan bulan April 2009.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo Persada
Azies, F dan Alwasilah, AC. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung: PT Remaja Rodakarya
Hardjono, Sartinah. 1988. Psikologi Belajar Mangajar Bahasa Asing. Jakarta; Depdikbud
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001)
Keraf, Geroys. 2004. Komposisi. Semarang: Bina Putera
Maidar, Arsyad. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
Nurgiyanto, dkk. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press
Riana R. 2007. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di Kelas XI Bahasa MAN Yogyakarta II. Yogyakarta: FBS-UNY
Subyakto, S U. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan&Tarigan. 1986. Teknik Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Vanda L. 2007. Keefektifan Penggunaan Teknik Rollenspiel pada Pengajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman di SMA Negeri I Sedayu Bantul. Yogyakarta: FBS-UNY
Wiriatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rodakarya
YB Sudarmanto. 1993. Tuntutan Metodologi Belajar. Jakarta: PT. Widiasarana

Ayo Belajar Membaca!

AYO BACA ...AYO BACA...!

Judul : Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca
Pengarang : Prof. Darmiyati Zuchdi, Ed. D.
Penerbit : UNY Press, Yogyakarta
Cetakan I : Oktober, 2007
Tebal buku : 186 halaman
Seabagai negara yang berkembang, Indonesia, masih kurang menyadari akan pentingnya aktifitas membaca. Hal ini sangat jauh berbeda dengan negara maju yang membudayakan membaca. Bahkan ada anekdot yang mengatakan bahwa di luar negeri 1orang membaca 10 buku/koran, sedangkan di Indonesia 1 koran/buku untuk 10 orang.
Seperti yang dijelaskan oleh penulis, alam sebuah seminar nasional, Prof. Dr. Fuad Hasan mantan mendiknas Indonesia mensinyalir kecenderungan menurunnya budaya baca akibat pengaruh audiovisualdari benda ajaib yang disebut dengan pesawat televisi. Bahkan menurut pandangan Alfahri Aldin, sekarang masyarakat Indonesia merupakan masyarakat proliterasi yang telah dihantamm oleh gelombang posliterasi (televisi, internet, handphone, dsb.). Pemanfaatan dengan pelbagai media posliterasi tanpa arah malah menghasilkan sikap penggunaan teknologi canggih sekedar untuk ngobrol atau kegiatan yang kurang bermanfaat lain, sehinggga menimbulkan budaya instan, yang mengakibatkan masyarakat tidak kritis, kurang produktif dan malas.
Kehadiran buku Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca karya Prof. Darmiati Zuchdi Ed. D ini diharapkan dapat merangsang budaya membaca dengan berbagai strategi didalamnya. Selain itu, buku ini memaparkan penelitian yang pernah dilaksanakan para ahli serta penulis dkk. Teknik tersebut antara lain : Pre Reading Plan (PreP) dan Eventending Consept through Language Activities (ECOLA) yang dikembangkan oleh Smityh Burbel (1982).
ECOLA dibangun melalui 5 tahap yaitu : 1) Menentukan tujuan yang komunikatif. 2) Membaca dalam hati. 3) Mewujudkan pemahaman melalui aktivitas menulis. 4) Diskusi dan klarifikasi makna. 5) Menulis dan membandingkan. Berdasarkan penelitian yang dilakkukan penulis dkk, kedua teknik tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca para mahasiswa. Menurut A. Tink dan Contosc M M Lullough, membaca melibatkan proses identifikasi dan proses mengingat bahan yang disajikan sebagai rangsangan untuk membentuk pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca. Menurut V Dechant, membaca adalah proses pmberian makna terhadap tulisan sesuai dengan maksud penulis.
Pemahaman membaca melibatkan bahasa, motivasi, perspsi, pengembangan konsep dan keseluruhan pengalaman. Dala buku ini, dipa[arkan juga berbagai hasil riset yang berkaitan dengan kegiatan membaca, Mengembangkan komprehensi membaca dari tingkat membaca kosa kata, frase, kalimat, paragraf, informasi, karangan, menemukan ide pokok, mrngrnali susunan karangan, menjawab pertanyaan, mengingat isi bacaan buku serta teknik yang digunakan untuk membaca.
Buku ini sangat baik dibaca bagi pembaca yang belum senang membaca dan pembaca yang masih kesulitan memahami teks-teks bacaan. Semakin seorang mudah memahami makna atau maksud pada sebuah tulisan, akan semakin tinggi pula miknatnya untuk membaca....

kesalahan berbahasa 12

berhubung 

Berhubung pergi ke Jakarta, hari ini ia tidak dapat datang.
-> Kata berhubung seharusnya diikuti oleh kata depan dengan.
-> Jadi, kalimat itu seharusnya kita ubah demikian. Berhubung dengan kepergiannya ke Jakarta, hari ini ia tidak dapat datang.

posted by MGMP B INDONESIA

 

keslahan berbahasa 11

bersama ini

Bersama ini saya beritahukan, bahwa ....
-> Bentuk seperti ini sering sekali dipakai orang. Kata bersama mengandung pengertian ada yang membarengi.
Misalnya: Bersama ini saya kirimkan uang Rp.5000,00
Maksud kalimat di atas, disamping surat pada waktu itu dikirimkan uang juga.
Untuk maksud seperti tersebut pada kalimat di atas, seharusnya kita katakan: Dengan ini saya beritahukan ....

posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 10

selain daripada

Selain daripada itu saya kabarkan pula ....
-> Kalimat tersebut merupakan bentuk rancu dari kalimat.
Lain daripada itu .... dan selain itu ....
-> Jadi, untuk menggantikan kalimat di atas dapat dipilih salah satu dari kedua bentuk tersebut.

posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 9

untuk sementara

Untuk sementara waktu ia tinggal bersama saya.
-> Kata sementara sudah menunjukkan pengertian waktu. Arti kata sementara ialah untuk beberapa waktu. Karena itu di belakang kata sementara tidak perlu dibubuhi kata waktu. -> Dengan demikian cukup dikatakan: Untuk sementara ia tinggal bersama saya.

posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 8

saling 

Sebagai sesama manusia, kita wajib saling tolong-menolong.
-> Kata saling sudah menunjuk pengertian dilakulkan oleh dua belah pihak; sama benar dengan bentuk tolong-menolong. Maka yang betul: sebagai sesama manusia, kita wajib saling menolong; atau: sebagai sesama manusia, kita wajib tolong menolong. Bentuk yang sejenis dengan bentuk tersebut.
Saling kejar-mengejar seharusnya: saling mengejar, kejar mengejar atau berkejar-kejaran.
Saling pegang-memegang seharusnya: saling memegang, pegang-memegang atau berpegang-pegangan.
Bentuk seperti di atas, termasuk gejala pleonasme.

posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 7

bentuk jamak

Tidak sedikit orang-orang yang tidak dapat memahami puisi.
-> Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, di belakang kata yang sudah menunjuk pengertian jamak atau banyak, tidak boleh diikuti bentuk jamak. Karena itu mestinya kalimat tersebut cukup dikatakan: tidak sedikit orang yang dapat memahami puisi.
Bentuk sejenis dengan bentuk di atas.
-para hadirin ....
-hadirin sekalian ....
-daftar para mahasiswa ....
-rombongan para olahragawan ....
-dewan gereja-gereja ....
-jawatan gedung-gedung negara
-kumpulan barang-barang bekas ....
-kaum politisi ....
Kata-kata: para, hadirin, sekalian, daftar, rombongan, dewan, jawatan, kumpulan, kaum, dan politisi sudah mengandung atau menunjuk pengertian jamak. Karena itu tidak boleh dipakai bersama-sama, atau digunakan dengan bentuk perulangan.

posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 6

dan lain sebagainnya

Kami menerima pesan mencetakan kartu nama, surat undangan, ijazah dan lain sebagainnya.
-> Kata dan lain sebagainnya merupkan bentuk rancu dari kata dan sebagainnya, dan lain-lain. Karena itu dalam sebuah kalimat cukup dipakai satu saja.

posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 5

Penghormatan 

Atas kerawuhan Bapak-bapak, saya haturkan terima kasih. -> Maksud pembuat kalimat tersebut untuk menghormat lawan bicara. Tetapi tidak disadarinya, bahwa kalimat yang dibuatnya tersebut bukanlah kalimat bahasa Indonesia. Salah satu sifat bahasa Indonesia ialah demokratis; karenanya tidak dikenal kata-kata khusus untuk golongan-golongan tertentu seperti bahasa Jawa. Sudah cukup hormat dan betul, jika dikatakan: atas kedatangan Bapak-bapak, saya ucapkan terima kasih.
Beberapa kata hormat dari bahasa Jawa yang sering dipakai orang antara lain: kondur, dahar, jumeneng, tindak, dan tapak asma. Kata-kata tersebut sehsarusnya kita ganti: pulang, makan, berdiri, pergi, dan tanda tangan.
posted by MGMP B INDONESIA

 

kesalahan berbahasa 4

Menyingkat Waktu

Untuk menyingkat waktu, marilah kita mulai acara ini. ->Waktu tidak dapat dipersingkat; karena itu kalimat tersebut salah. Yang betul:
Untuk menghemat waktu, marilah kita mulai acara ini. posted by MGMP B INDONESIA

kesalahan berbahasa 3

Atas Perhatiannya

Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih. -> Menurut maksudnya, kalimat tersebut ditujukan kepada seseorang yang kita ajak berbicara.
-> Karena itu yang betul mestinya: Atas perhatiaan Saudara, saya ucapkan terima kasih. posted by MGMP B INDONESIA

kesalahan berbahasa 2

sebelum dan sesudahnya
Sebelum dan sesudahnya, saya sampaikan terima kasih.
-> Kalimat tersebut tidak jelas maksudnya, sebelum dan sesudah apa?
-> Yang betul mestinya: terlebih dulu saya sampaikan terima kasih.
-> Atau: sebelumnya aya sampaikan terima kasih.
posted by MGMP B INDONESIA

kesalahan berbahasa 1

kata ganti orang

Penghayatanmu atas sajak yang telah dihafalkan itu hilang.
-> Dengan melihat kata penghayatanmu, tentunya kalimat tersebut ditunjukkan kepada orang kedua atau lawan berbicara. Karena itu kata kerja berikutnya, mestinya bukan dihafalkan, melainkan kauhafalkan.
-> Jadi, seharusnya kalimat tersebut diubah: penghayatanmu atas sajak yang telah kauhafalkan itu akan hilang.
-> Jika pelakunya orang ketiga, harus dikatakan: penghayatan atas sajak yang telah dihafalkan itu akan hilang.
posted by MGMP B INDONESIA at 10:32 AM

menjadi pendidik profesional, kenapa tidak?

Mengajar = Mendidik?

Sesuai amanat UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I pasal I ayat 2 disebutkan bahwa DOSEN adalah PENDIDIK profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Transfer of knowledge yang menjadi tugas seorang dosen merupakan tugas yang tidak mudah, terutama interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 40 ayat 2 disebutkan bahwa pendidik (termasuk dosen) harus mampu (salah satunya, ada tiga yang lain) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
Ini menjadi tugas yang berat, manakala KOMPETENSI merupakan kata kunci yang harus dicapai sebagai indikator keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Bila Sinto Gendheng guru sakti Pendekar Kapak Naga Geni Wiro Sableng hanya mengjarkan sebagian dari ilmunya karena rasa takut kalah dengan kesaktian (baca: Kompetensi) muridnya, tentunya dosen tidak perlu takut mentransformasikan semua ilmu yang dimiliki. Menurut Edgar Dale, Profesor Pendidikan Ohio State Univesity, media sangat berpengaruh pada “keterterimaan” ilmu (baca: materi) oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Berdasar pada piramida pengalaman Dale, Media dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi penguasaan materi. Semakin aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, semakin baik penguasaan siswa terhadap materi.
Menurut piramida pengalaman Dale, Sinto Gendheng tidak perlu takut kalah kesaktiannya bila hanya memberikan kitab (reading) dan menyampaikan ajaran (hearing) tanpa melakukan praktik (doing the real thing). Bahkan bila dosen sudah menjalakan amanat undang-undang No.20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 40 ayat 2 tidak perlu khawatir menyampaikan semua pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki karena dengan semua yang disampaikan peserta hanya mungkin menerima 90% materi yang disampaikan.
Memang ada baiknya mengingat kembali bahwa tiap SKS yang ditempuh peserta didik, merupakan kegiatan belajar 50′ tatap muka, 60′ tugas terstruktur dan 60′ belajar mandiri. Kemampuan (baca:kompetensi) maksimal mahasiswa dapat tercapai bila tidak hanya tatap muka (maksimal 90%), tapi harus melakukan kegiatan terstruktur dan mandiri untuk mencapai 10% sisanya, tentunya bila pendidik (baca:dosen) memberi tugas-tugas untuk dikerjakan mahasiswa (jangan lupa memberi assessment) dan tentu saja mengembangkan materi pbm untuk dapat digunakan belajar peserta didik secara mandiri.(diambil dari berbagai sumber)